Menara Gereja Saksi Bisu Pembekalan Calon Pengajar Praktik Angkatan 8
GREGORIUS GANGGUR - GURU SMAN 1 SATARMESE
Tulisan sederhana ini merupakan refleksi perjalanan selama 15 hari mengikuti pembekalan Calon Pengajar Praktik Angkatan 8, Gelombang 3. Menyarikan hasil refleksi pembelajaran selama 15 hari pengembaraan mencari ilmu untuk pengembangan diri, penulis mencoba menuangkannya menggunakan model refleksi 4F.
Akhir
pekan di penghujung bulan Februari, saya berniat menyegarkan diri dengan
mengunjungi kota wisata Super Premium Labuan Bajo. Setelah seminggu lebih
berjuang bersama orang-orang hebat, rekan, mitra sekaligus murid yang tergabung
dalam komunitas ekstrakurikuler Jurnalistik, melaksanakan kegiatan pelatihan
Jurnalistik Angkatan VIII bagi anggota yang baru saja bergabung dan juga
beberapa kegiatan sosial yang cukup menguras energi dan pikiran.
Keputusan
untuk mengunjungi tempat yang telah lama tidak dikunjungi sudah bulat. Pagi,
sebelum mentari mencium bibir pantai selatan Nuca Lale saya bergegas
menyiapkan segala sesuatunya untuk perjalanan yang menghabiskan waktu 6 jam
hingga kota lama yang menyimpan banyak kisah dalam diary hidup saya.
Cuaca
sedikit tidak bersahabat pagi itu. Udara cukup dingin berpacu bersama roda
sepeda yang menari di aspal berkelok melintasi hutan belantara sebelum memasuki
‘Kota Seribu Biara’. Menusuk hingga tulang belulang, seolah ia tak
menyetujui rencana itu. Niat bernostalgia rupanya cukup kuat untuk menepis
semuanya.
Perjalanan
selanjutnya dimulai. Mega menipis di antara rintikan hujan menemani perjalanan
hari itu. Sesekali menepuk kaca bus L300 yang melaju menelusuri setiap kelokan
antara Cancar hingga hamparan persawahan Lembor.
Cuaca
sedikit cerah, ketika bus menepi di hamparan persawahan untuk sejenak menikmati
secangkir teh hangat bersama penumpang yang lainnya. Hingga memasuki ‘Golo
Menes’ rintik hujan kembali membasahi aspal tanpa henti. Saya memilih
menikmati alunan musik ‘Paleng Bae’ karya Cevin Syahailatua untuk mengusir
kejenuhan cuaca yang hari itu cendrung enggan bersahabat. Tidak terasa
perjalanan telah usai, rupanya saya terlelap dalam lirikan ‘bahagia sampe
oma opa’, Marvey Kaya. Saya bergegas dari tempat duduk menuju penginapan
yang dua hari sebelumnya direservasi.
Usai
melakukan registrasi saya menuju kamar. Di luar masih hujan, saya memutuskan
untuk istirahat sambil berharap bisa menelusuri jejak-jejak yang pernah
tertulis dalam diary masa lalu. Waktu telah menunjuk pukul 17.34 WITA, hujan
gerimis dengan sedikit angin menghalang niat yang kian menggebu untuk mengukir
kisah baru di jejak kisah lama. Saya memutuskan untuk menikmati mentari yang
hendak kembali ke peraduannya, dan berjuang mengintip di antara kumulus tebal
dari pelataran kafe penginapan di lantai tiga.
Udara
cukup dingin, saya membakar sebatang gudang garam yang terselip di saku jaket
menemani kopi yang disuguhkan Dilan pelayan kafe yang murah senyum itu.
Mengusir kejenuhan yang tidak kunjung usai, saya mengambil gawai yang diletakan
di ujung cangkir. Tampak di sana pesan pada aplikasi WA. Puluhan pesan di
beberapa group belum terbaca. Rupanya ada yang menarik untuk didiskusikan di
group Komunitas GP Manggarai. Saya lalu memilih untuk membaca pesan di sana.
Sepertinya,
ada informasi penting dari beberapa obrolan di sana. Saya menggeser perlahan
dan menemukan sebuah undangan untuk mengikuti kegiatan pembekalan Calon
Pengajar Praktik Angkatan 8, Gelombang 3 dimulai tepat dua hari ke depan. Membaca
kata demi kata, menganalisis surat undangan digital itu, untuk mengambil
keputusan yang tepat. Niat untuk menelusuri jejak lama dipertimbangkan kembali. “Esok
harus secepatnya kembali”, gumamku setelah meneguk tetesan terakhir kopi hitam
yang kini dingin ditiup angin yang mendorong layar nelayan di Kampung Ujung.
Di
luar hujan sudah berhenti. Saya memutuskan untuk menelusuri jalanan dari Kampung
Ujung hingga pelataran pelabuhan laut Labuan Bajo untuk mengobati sedikit
kerinduan menulis cerita baru dalam diary saya. Perubahan terlihat sangat
signifikan dibandingkan terakhir menginjakan kaki di sana. Setelah mengisi
perut dengan lalapan, saya memutuskan untuk kembali ke penginapan. Pagi
harinya, bunyi lonceng Gereja Stella Maris yang berada tepat depan penginapan
saya membayadarkan saya bahwa pagi telah tiba. Bergegas saya mandi untuk
kembali ke tempat tugas yang cukup jauh dari kota. Perjalanan yang cukup
menguras waktu, saya tiba di rumah tepat pukul 19.00.
Keesokan
paginya, Senin, 27 Maret 2023, saya mendatangi pimpinan untuk memberitahukan
kegiatan dalam undangan digital sekaligus memintanya menanda tangani surat
tugas. Selain itu, meminta izin dari beliau terkait dengan kegiatan selama 15
hari ke depan menjadi hal penting yang saya lakukan. Pelimpahan tugas dan
tanggung jawab terhadap rekan yang menangani bidang kurikulum tentu merupakan
salah satu agenda yang harus saya selesaikan sebelum kegiatan pembukaan
pembekalan dimulai.
Mencoba
peruntungan mengikuti sesi Pembukaan Pembekalan dan Kebijakan Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi depan teras kantor dengan
fasilitas internet yang saya miliki awalnya berjalan dengan baik. Selanjutnya,
sesi Penjelasan Teknis Pembekalan, Program Pendidikan Guru Penggerak, Persiapan
Platform Belajar, dan Tes Awal menjadi rangkaian aktivitas yang harus saya
ikuti di hari pertama kegiatan.
Di
hari-hari berikutnya rangkaian aktivitas yang menggunakan moda daring tersebut
antara lain penyelerasan Konsep Modul 1 tentang Paradigma dan Visi Guru
Penggerak, Penyelelarasan Konsep Modul 2 tentang Praktik Pembelajaran yang Berpihak
Pada Murid, Alur MERDEKA terkait pembelajaran Modul 1 dan modul 2.
Selain itu, Pembedahan Buku Pegangan Lokakarya yakni (Lokakarya Orientasi sampai Lokakarya 2) menjadi agenda lanjutan kegiatan pembekalan. Dalam sesi pembedahan buku Lokakarya, peserta lain yang telah dibagi dalam beberapa kelompok melakukan bedah buku Pendampingan Individu, yakni Pendampingan Individu 1 dan pendampingan individu 2. Tidak hanya sampai di situ, peserta kemudian dibekali dengan materi Pendidikan yang Memerdekakan, Penentuan Tujuan, Refleksi dan Umpan Balik Pembelajaran, Teknik Fasilitasi dalam Pendampingan, dan Penerapan Coaching.
Pembekalan
yang dilaksanakan selama 15 hari bukan hal yang mudah bagi saya untuk bisa
sampai di puncak. Kesempatan mengikuti kegiatan tersebut tentu tidak dimiliki
semua orang, dan kegiatan itu tentu saja tidak hanya diikuti oleh sedikit
orang.
Mengintip
lampiran daftar peserta pembekalan Calon Pengajar Praktik Angkatan 8, Gelombang
3 dalam Surat Undangan Peserta Pembekalan Calon Pengajar Praktik Pendidikan
Guru Penggerak Angkatan 8 Gelombang 3, Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi, Nomor:
0542/B3/GT.00.08/2023,
tanggal 24 Februari 2023 terdapat 551 orang peserta dari seluruh Nusantara terlibat
dalam kegiatan itu.
Menjadi
salah satu dari 551 orang peserta, merupakan sebuah rahmat dan anugerah yang
sangat besar dari Allah; sebagaimana hal tersebut senantiasa selalu muncul
dalam setiap refleksi harian saya saat mengikuti kegiatan pembekalan selama 15
hari. Saya menyadari ada begitu banyak orang tentunya ingin berada di ruang megah
dan penuh inspiratif tersebut, namun mereka tidak memiliki kesempatan untuk
berada di sana. Berada di sana adalah anugerah yang Tuhan berikan agar saya
memperbaharui diri.
Kecemasan,
kekwatiran, keraguan, kelelahan, kesedihan, kesenangan, merasa dicintai,
merasakan sepenanggungan, dan kebahagiaan merupakan beberapa deretan perasaan
yang dapat saya tuangkan lewat coretan-coretan refleksi harian kegiatan
pembekalan itu.
Kecemasan
dan Kekwatiran saya alami sepanjang 15 hari oleh karena keterbatasan akses
internet sebagai fasilitas yang esensial dalam menyelesaikan kegiatan tersebut.
Keraguan timbul ketika, tidak bisa memaksimalkan diri dalam kegiatan oleh
karena keterbatasan akses internet di tempat saya. Lelah tentu merupakan hal
yang alami dikarenakan keterbatasan saya sebagai makluk yang tidak sempurna.
Keraguan dan kelelahan fisik yang saya alami menjadi sebuah rasa optimis ketika adanya rasa dicintai, empati dan simpati dari rekan dan juga motivasi dari para instruktur untuk terus bergerak dan optimis bisa sampai di puncak bersama. Rasa senang, dicintai juga hadir dari mereka yang ada di sekitar. Kebahagiaan tentu saya rasakan ketika di tengah keterbatasan yang saya alami, mampu mengukir langkah terakhir menuju titik akhir kegiatan.
15
hari perjalanan dalam pembekalan Calon Pengajar Praktik Angkatan 8, gelombang 3
menyimpan banyak kisah dalam diary kehidupan dan profesi saya sebagai Guru.
Salah satu saksi bisu dalam perjuangan melewati perjalanan 15 hari itu
adalah Menara dan lonceng Gereja Paroki Narang.
Menghabiskan
waktu selama 12 hingga 13 jam untuk berada di sana dalam sehari selama 15 hari
bukan hal yang mudah, bukan pula hiperbol. Dari dapur pastoran, kamar tamu,
ruang makan, pendopo, teras Gereja, ruang Sakristi hingga Menara Gereja sebagai
bagian tertinggi dari bangunan Gereja jadi saksi bisu dalam kisah kegiatan itu.
Ada yang bertanya hubungannya apa? Ya, di sanalah saya temukan tempat yang
tepat yakni akses internet yang memadai agar saya bisa mengakses LMS hingga
mengakses ruang virtual kegiatan pembekalan.
Tentu
ada banyak orang yang mengorbankan dan dikorbankan agar saya bisa sampai di
garis finis. Peran Pastor Paroki sebagai pemimpin teringgi dalam wilayah
pelayanan pastoral dalam gereja Katolik telah memberikan kontribusi yang sangat
besar dan tidak bisa saya balas. Karyawan Pastoran, Staf Sekretariat Paroki
merupakan deretan orang yang banyak mengorbankan dan dikorbankan untuk
keberhasilan saya mencapai hari terakhir kegiatan pembekalan. Pengorbanan mereka
tidak terhitung.
Dentang
lonceng Gereja menjadi pengingat setia bagi saya bahwa waktu telah zuhur dan matahari
sudah kembali ke peraduannya. Pendopo Gereja menjadi tempat terakhir untuk
menuntaskan tagihan pada LMS Aktivitas Calon Pengajar Praktik.
Di
atas dari semua itu, saya meyakini Tuhan ingin agar saya bisa melihat
kekurangan dalam diri, merefleksikan kekurangan tersebut, dan menghadirkan
orang lain untuk memperbaiki dan mengisi kekurangan-kekurangan itu. DIA
menghendaki agar saya mencintai diri, mencintai profesi dan mencintai mereka
yang memberi dampak langsung dengan profesi yang dia percayakan dan titipkan di
pundakku.
Kehadiran
guru-guru hebat dalam ruang megah itu, menyadarkan saya bahwa saya mampu
bangkit dari kekurangan tersebut, karena mereka menggenggam tanganku dan
berjalan bersama menuju puncak. Kekuatan untuk bangkit dan menjaga irama
perjalanan tentu karena dibekali oleh para instruktur dan fasilitator hebat
yang dengan setia menuntun dan mengisi kekosongan ilmu pengetahuan saya agar
bisa melewati pengembaraan selama 15 hari.
Tentu ruang refleksi ini tidak cukup bagi saya untuk mengisahkan satu per satu hal baik yang telah saya dapatkan di sana. Ruang refleksi saya, bahkan tidak cukup untuk melukiskan betapa banyak hal yang telah saya dapatkan di sana, di ruang maya namun menghadirkan hal nyata yang dapat saya praktik dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan hingga dawat mayaku habis, kisah menarik yang menjadi pembelajaran dalam kegiatan ini tidak akan mampu menuangkan hal baik yang ditemukan dari pengembaraan mencari ilmu dan praktik baik selama 15 hari. Biarkan kelak Lonceng yang terpasang di menara Gereja menjadi saksi untuk menulis kembali hal baik dan anugerah Tuhan yang telah saya terima dari semua orang baik; orang Samaria yang bermurah hati kepadaku. Biarkan semuanya Tuhan yang membalas semua kemurahan dari mereka yang murah hati. (*)
Luar biasa pa.... Syahdu ketika membaca kata demi kata, syair2 yang membawa untuk merenung kembali.... Salam semangat untuk kita semua..... Tuhan pasti memberkati, amin.... 🙏
ReplyDeleteTerima kasih banyak Ibu Erin. Saya senang sekali bisa mendapatkan kesempatan ini di tengah keterbatasan sarana. Tuhan Maha baik... 😇😇
DeleteDan membawa seakan-akan berasa di tempat yang sama. Ditunggu karya-karya selanjutnya.
ReplyDeleteMakasih bu Erin, Siap...🙏🏻🙏🏻
DeleteKata demi kata yg tersusun begitu menarik, membuat pembaca tertarik dan terbawa, seperti membaca sinopsis sebuah novel. Luar biasa perjuangannya Pa Greg, dan hasil tidak pernah jauh dr perjuangan. Sukses untuk PP dan Jurnalistik nya.
ReplyDeleteAmiinn YRA 🤲🏻 Pak Ahmad...Terima kasih sudah singgah di beranda saya. Terima kasih banyak apresasinya. Berkat dan sukses selalu buat pak Ahmad.. Salam dan bahagia pak Guru...
DeleteLuar biasa kaee,,,
ReplyDelete