PENYEKA DI BALIK PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGKATAN 3

 


GREGORIUS GANGGUR - GP Angkatan 3, Kab. Manggarai

Tulisan ini hasil refleksi pribadi penulis setelah menyelesaikan pendidikan. Tulisan ini tidak sedang mengurangi atau pun mengabaikan peran setiap unsur dalam pendidikan guru penggerak yang telah dilewati penulis.

 

Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3, baru saja selesai. Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Direktuk Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan, Dr. Iwan Syahril, Ph. D menutup Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 secara resmi pada tanggal 20 Juli 2022. Sebanyak 2760 Calon Guru Penggerak yang tersebar di 56 kabupaten/kota dinyatakan lulus dalam pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3. Dari 2760 Guru Penggerak tersebut sebanyak 71 orang yang dinyatakan lulus adalah Guru Penggerak Kabupaten Manggarai termasuk di dalamnya penulis sendiri.

Selama 9 bulan yakni sejak 13 Agustus 2021 hingga 25 Juni 2022, penulis mengikuti program pendidikan guru penggerak yang dilakukan melalui daring dan luring. Dengan pendekatan andragogi dan blended learning program pendidikan guru penggerak telah membentuk penulis agar terus mengembangkan keprofesian berkelanjutan melalui pelatihan dan pendampingan untuk menjadi pemimpin pendidikan Indonesia di masa depan.

Selama 9 bulan pendidikan, penulis mengikuti berbagai rangkaian kegiatan baik melalui daring maupun luring. Dalam kegiatan daring, penulis mengikuti kegiatan yang telah dirancang dengan siklus MERRDEKA yakni Mulai dari diri, Eksplorasi Konsep, Ruang kolaborasi, Refleksi terbimbing, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi Nyata di mana semua siklus tersebut telah didesain dalam Learning Management System (LMS). Beberapa rangkaian kegiatan luar jaringan dalam program pendidikan Guru penggerak antara lain, melakukan aksi nyata, pendampingan dan refleksi pembelajaran yang didampingi oleh Pengajar Praktik dan mengikuti lokakarya perdana (0) sampai lokakarya Sembilan (9).

Ada banyak hal baru dan pengalaman dapat ditemukan dalam pendidikan selama 9 bulan. Ada banyak hal dikorbankan di sana. Waktu, tenaga dan pikiran merupakan hal yang tentu dikorbankan untuk bisa mencapai puncak yakni pengumuman kelulusan pendidikan. Selain itu, tentunya ada banyak orang yang dilibatkan. Mereka bahkan mengorbankan banyak hal demi mencapai kesuksesan penulis dalam program tersebut.

Semua itu menjadi kekuatan yang dapat membantu dalam mencapai garis finis program dimaksud. Keterlibatan mereka merupakan kontribusi dari luar yang tentunya memiliki porsi tersendiri menuju kesuksesan program pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 yang penulis ikuti. Salah satunya adalah motivasi dan penguatan dari fasilitator program pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3.

Seperti di awal coretan ini, saya kembali sampaikan tidak sedang mengabaikan peran dari pihak lain. Salah satu keberhasilan penulis hingga titik akhir kegiatan adalah peran fasilitator. Fasilitator dalam program Pendidikan Guru Penggerak berperan sebagai teman belajar dalam pembelajaran daring yang dijalankan Calon Guru Penggerak (Buku pegangan PPGP: 3). Kehadiran fasilitator Dr. Hj. Niky Noberta, M. Pd dari P4TK Penjaskes/BK memberikan kekuatan bagi penulis menyelesaikan program pendidikan guru penggerak.

 

Handuk Penyeka Peluh dan Kegundahan

     Hal yang menarik dan menjadi kekuatan baru dalam pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 bagi penulis adalah selembar handuk wajah yang dikirim fasilitator. Bagi penulis handuk pemberian fasilitator merupakan sebuah pemberian sarat makna. Bahasa simbol dari seorang yang benar-benar mengetahui tetesan peluh penulis dalam kegiatan pendidikan guru penggerak. November 2021, melalui pendamping penulis menerima bingkisan paket kiriman itu dari sahabat, teman, soko guru dan fasilitator pendidikan guru penggerak.

   Fasilitator yang adalah expert dalam bimbingan konseling dan instruktur nasional Pendidikan Karakter tersebut, nampaknya mengetahui kegundahan dan keletihan penulis. Beliau tahu banyak tentang penulis lewat gesture dan narasi yang selalu dirangkai di setiap jurnal refleksi mingguan. Kegundahan, kegamangan, kelemahan yang mengerucut pada satu hal yakni keterpurukan menuju kegagalan dialami penulis saat itu.

        Saat itu, kegundahan dan keletihan penulis sudah mencapai titik kulminasi yang hampir pasti akan memutuskan berhenti melanjutkan perjalanan menuju garis akhir. Handuk pemberian tulus sang fasilitator memberikan kekuatan baru untuk bangkit dari keterpurukan berpikir dan bertindak yang dimakan kerapuhan raga penulis.

      Handuk itu, menjadi hiasan ruang kerja penulis, menjadi cermin penulis manakala mengalami kelelahan. Handuk itu menjadi suntikan motivasi untuk menghapus peluh keluh menjadi asa baru dalam menapak setiap perjalanan pendidikan. Handuk itu adalah pemberian tulus sang fasilitator agar penulis tulus menjalankan pendidikan tanpa beban.                  Handuk itu adalah bahasa simbol sebagai harapan fasilitator terhadap penulis sebagai insan yang difasilitasi, sebagai teman, sebagai sahabat belajar dalam pendidikan yang sedang digeluti. Handuk itu adalah selimut asa agar tetap hangat di tengah desau angin malam yang menghantam penulis ketika berjibaku dengan bandwith jaringan internet yang terus menurun. Handuk itu adalah bahasa isyarat agar penulis bangkit kembali dan tetap berfokus pada titik fokus tujuan akhir yakni mencapai sematan GURU PENGGERAK.     Handuk itu adalah jalan menuju pesan akhir pendidikan guru penggerak Angkatan 3

“Sucikan hati untuk basuhi jiwa. Bawalah suka cita untuk para cendikia muda, para masa depan bangsa Indonesia. Wahai Para pendidik bumi ibu pertiwi, berjanjilah kepada diri, berjuanglah untuk meraih mimpi untuk masa depan negri, tunaikan bakti sepenuh hati. Jalan kita masih panjang dan penuh perjuangan, penuh lika-liku, turunan dan tanjakan. Kita kan tempuh dengan ketekunan dan keteguhan. Wahai sahabatku para pendidik, teruslah berbuat baik untuk anak didik harapan masa depan. Buka mata, telinga, hati mereka dengan luasnya pengetahuan. Merdekakan imajinasi dengan kreativitas mereka. Hargai keunikan, suara dan makna setiap siswa. Jadilah suri tauladan bagi perjuangan bangsa. Pegang teguh filosofi bangsa Pancasila dan semboyan bangsa Bhineka Tunggal Ika. Jadilah pembelajar yang bermakna dan tak berkesudahan. Jadilah teladan bagi kemajuan pendidikan. Rentangkan sayap, bentangkan angan. Raihlah bintang nun jauh di atas awan.  Serentak bergerak, wujudkan merdeka belajar.” (Iwan Syahril-Dirjen GTK Kemdikbudristek) 

Comments

Popular posts from this blog

Pentingnya Komunikasi Asertif Dalam Sebuah Relasi Kerja

Mewujudkan Student Agency Melalui Pengelolaan Program Pelatihan Google Workspace for Education