Refleksi Kegiatan Penutup Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 Kabupaten Manggarai

Gregorius Ganggur-Guru SMAN 1 Satarmese

Facts

Sabtu, 25 Juni 2022 merupakan agenda pelaksanaan lokakarya penutup dalam program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3, Kabupaten Manggarai. Sebagai salah satu kegiatan dalam rangkaian kegiatan program Pendidikan Guru Penggerak, Penulis wajib mengikuti kegiatan dimaksud yang diselenggarakan di rumah ret-ret Efata, Ruteng. Pagi setelah ayam berkokok, Penulis bergegas menyiapkan segala sesuatunya karena semalam harus menghadiri farewell ala kadar dengan komunitas sosial hingga harus pulang larut malam dan tidak sempat berkemas.

Sebelum neon di teras rumah padam, Penulis bergegas menuju sekolah menyiapkan sesuatu yang mestinya dilimpahkan kepada rekan kerja untuk menjalankan tugas melayani murid hari itu. Setelah segala sesuatunya telah siap, perjalanan sesungguhnya menuju lokasi kegiatan Lokakarya dimulai. Cuaca pagi itu masih cukup bersahabat sehingga tiba di tempat kegiatan sesuai yang diharapkan.

Ruang kelas pembelajaran berbagi tepat di belakang Gedung utama kegiatan. Bersama rekan dari tiga kelompok pendamping Penulis mengikuti sesi awal kegiatan lokakarya dengan membuat kesepakatan kelas dan ice breaking yang dipandu ibu Yustina Ursula Ina, pendamping Penulis sendiri. Selanjutnya, agenda kegiatan Rencana Tindak Lanjut Program. Pak Sinyo memimpin kelas dalam membuat sesi tersebut. Calon Guru Penggerak melakukan aktivitas berbagi rencana tindak lanjut Program dengan penuh semangat walau cuaca di Ruteng tidak begitu bersahabat. Pak Lala yang sedari awal sesi begitu semangat mendiskusikan program yang telah dan akan dijalankan di sekolahnya mendapatkan kesempatan perdana untuk berbagi. Melalui program Pengembangan Pupuk Organik yang dikembangkan di sekolah pak Lala berbicara berapi-api memaparkan rencana tindak lanjut program dengan pelibatan murid dan orangtua murid dalam mengembangkan pembuatan pupuk organik.

Kesempatan berikutnya menjadi milik pak Alfons. Guru muda yang supel di Sekolah Dasar Katolik (SDK) Ruteng 5 itu berbagi rencana tindak lanjut program “English Day”. Bagi pak Alfons, belajar bahasa Inggris membutuhkan sebuah rancangan, target pembelajaran dan evaluasi yang jelas dan terukur sehingga akan memberikan dampak dan hasil nyata. Menurutnya, buah dari program yang dia jalankan tampak dalam kemampuan murid di sekolahnya berkomunikasi bahasa Inggris atau dalam bahasa pak Alfons, hasilnya bukan ‘kaleng-kalengan’, tapi nyata. Penulis, di pojok belakang ruang kelas berukuran 4 kali 6 meter hanya mampu mengangguk-angguk mendengar paparan program pak Alfons. Tentu bukan angguk-angguk karena ngantuk.

Ibu Erna, Guru Penggerak asal SDI Nampong, Kecamatan Satarmese mendapatkan kesempatan terakhir berbagi rencana tindak lanjut program. Dalam kesempatan itu, ibu Erna berbagi program baik yang berdampak pada murid di sekolahnya yakni kegiatan literasi. Ibu Erna sungguh yakin bahwasanya, tidak ada yang dapat dilakukan guru manakala murid mengalami kegagalan literasi membaca dan menulis. Ibu Erna membawa ingatan Penulis pada pesan sang maestro yang melegenda di bangku sekolah dasar, opa Frans Ami. Suatu ketika, saat musim barat, di ruang depan rumah yang pintu dan jendelanya tertutup. Menurutnya, “Ketika tidak membaca maka kita bagaikan rumah yang tak berpintu dan berjendela. Kita tidak akan bisa melihat dan menyaksikan keindahan di luar rumah. Maka, membaca dan menulislah..!!”.

Setelah menyelesaikan sesi berbagi rencana tindak lanjut program, kesempatan bagi ibu Ilan memimpin kelas C untuk melangkah ke agenda Manajemen Resiko. Bersama rekan satu kelas, Penulis menganalisis resiko dari program yang telah, sedang dan akan dikembangkan berikut strategi yang akan dihadapi dalam mengahadapi resiko yang kemungkinan akan dihadapi dalam penerapan program. Setelah menyusun analisis resiko dan strategi menghadapinya, kembali para peserta lokakarya berbagi analisis resiko dan strategi terkait program berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang Guru Penggerak.

Selanjutnya semua peserta lokakarya mengikuti agenda pemilihan Koordinator Guru Penggerak di gedung utama rumah ret-ret, Efata. Terdapat 11 calon Koordinator yang diusung sesuai dengan jumlah Praktik Pengajar. Semua calon diberi kesempatan untuk memaparkan visi dan misi ketika terpilih menjadi Koordinator Guru Penggerak Kabupaten Manggarai. Kesebelas calon koordinator tersebut antara lain; Maksimus Mbuput (CGP SMPN 9 Satarmese), Hironimus Dismas Ratidewe (CGP SDN Reo 1), Stefanus Agming (CGP SDI Sama), Yovita Erni Jem (CGP SDK Ruteng 3), Mario Kurniawan Toro (CGP SMPN Satap Rangkang Kalo), Dian Natalia Olivia Natam (CGP SMAN 2 Satarmese-Langke Majok), Eduardus Jehadu (CGP SMAN 2 Langke Rembong), Marianus L. Mawar (CGP SMPN Satap Pong Meleng), Kristina Ganggur (CGP SMPK St. Fransiskus Xaverius), Adriana Sensiani (CGP SDK Kumba 1), dan Adrianus Entang (CGP SMAN 1 Ruteng Anam).

Setelah melalui tiga putaran pemilihan, CGP asal SMPN Satap Rangkang Kalo, Mario Kurniawan Toro terpilih menjadi Koordinator Guru Penggerak Angkatan 3, Kabupaten Manggarai. Setelah proses pemilihan dan penetapan, para Calon Guru Penggerak membaca dan membubuhkan tanda tangan Komitmen bersama Komunitas Guru Penggerak Angkatan 3, Kabupaten Manggarai dan dipandu langsung oleh Koordinator terpilih.

Selanjutnya, para peserta lokakarya mengikuti sesi akhir kegiatan lokakarya sekaligus menutup secara resmi rangkaian program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3, Kabupaten Manggarai oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Manggarai, bapak Fransiskus Gero. Di akhir kegiatan, para CGP menerima selembar kertas kosong yang telah disiapkan panitia penyelenggara program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3, Kabupaten Manggarai yakni Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Penjaskes/BK. 

Feelings

          Ada banyak hal yang bisa dirasakan Penulis dalam perjalanan pendidikan Guru Penggerak selama 9 bulan. Berbagai rasa tentu Penulis dan bahkan semua peserta alami. Bagi Penulis, berada pada ruangan kegiatan tersebut merupakan anugerah yang tiada tara. Berbagai rasa tentu dialami saat menjalani tahap demi tahap pendidikan. Namun, satu hal yang bisa mewakili semua rasa adalah bersyukur dan terberkati bisa sampai pada titik akhir program pendidikan Guru Penggerak.

 Findings

          Melihat kilas balik program Pendidikan Guru Penggerak tentu harus memaksa Penulis untuk membuka kembali setiap lembar ingatan semenjak pertama kali mengikuti sesi awal yakni pendaftaran hingga halaman akhir kegiatan pada lokakarya 9. Ada banyak pelajaran dapat ditemukan di setiap halaman album kegiatan yang telah memakan waktu setahun lebih semenjak proses pendaftaran hingga kegiatan pamungkas di lokakarya 9.

           Mengutip kembali kutipan adagium Kepala Dinas PPO saat menutup kegiatan lokakarya 9 ‘Di sekolah kita mendapatkan pelajaran kemudian diberi ujian, dalam hidup kita mendapatkan ujian yang memberi kita sebuah pelajaran’. Melalui program Pendidikan Guru Penggerak Penulis benar-benar mendapatkan banyak ujian yang dapat dijadikan sebagai pelajaran dalam hidup sebagai guru, sebagai rekan sejawat, sebagai anggota organisasi, sebagai mitra,dan sebagai warga masyarakat.

         Dalam napak tilas program pendidikan, Penulis menemukan kisah dimana di sana tertulis bahwa Penulis berniat untuk mundur dari program pendidikan dan ingin mengambil posisi nyaman. Dua bulan menjalani program, Penulis menemukan sebuah coretan hasil refleksi diri bahwa Penulis sesungguhnya belum layak dan pantas untuk menyandang profesi sebagai guru bagi murid. Tanya kenapa? Tentunya ada banyak hal yang telah dibuat namun belum mampu menjadi guru yang baik. Melalui pembelajaran modul Pendidikan Guru Penggerak, sesi berbagi baik dengan rekan CGP, Pengajar Praktik, Fasilitator dan Instruktur Penulis menemukan banyak hal yang tidak sepantasnya dan tidak sesuai dengan filosofi pendidikan yang didengungkan bapak pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara.

        Melalui Pendidikan Guru Penggerak, Penulis menemukan banyak hal baru yang mampu mengubah cara pandang dan laku diri di tengah warga sekolah, di tengah keluarga dan di tengah masyarakat. Malu dan merasa bersalah tentu merupakan sesuatu yang baik oleh karena memiliki waktu dan kesempatan untuk menyadari hal tersebut. Melalui Pendidikan Guru Penggerak, Penulis menemukan bahwa banyak hal dan banyak waktu terbuang dikarenakan cara pandang yang masih berbasis pada masalah. Banyak hal tidak berjalan baik oleh karena memulai dengan Problem Based-Thinking.

        Melalui Pendidikan Guru Penggerak, akhirnya Penulis perlahan memulai mengubah diri dengan Asset Based-Thinking. Sungguh tidak cukup untuk dikisahkan di sini tentang apa dan bagaimana dampak baik dari program Pendidikan Guru Penggerak. Meminjam kata-kata pak Alfons Rahmat, program Pendidikan Guru Penggerak, bukan program ‘kaleng-kalengan’. Sungguh merupakan kerugian besar bagi Guru yang enggan untuk mengambil kesempatan untuk terlibat dalam program dan kemunduran besar pula bagi pendidikan Indonesia manakala Guru tidak mengambil bagian di dalam program yang sungguh bernas.

 Future

         Program Pendidikan Guru Penggerak merupakan program yang sungguh hadir untuk memerdekakan belajar dan mengajar. Kurikulum merdeka belajar hadir untuk memperbaiki mutu pendidikan Indonesia. Dengan berorientasi pada pembelajaran berpihak pada murid dan program berdampak pada murid yang pada akhir bermuara pada 6 nilai Profil Pelajar Pancasila yakni Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Berkhibenakaan Global, Mandiri, Bergotong Royong, Bernalar Kritis dan Kreatif.

Comments

  1. Replies
    1. Siap selalu berkarya pak. Demi mewujudkan pembelajaran berpihak pada murid 🙏🙏

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pentingnya Komunikasi Asertif Dalam Sebuah Relasi Kerja

Mewujudkan Student Agency Melalui Pengelolaan Program Pelatihan Google Workspace for Education